Tidak ada yang ingat persis kapan dan tim mana yang berlaga.
Yang pasti pertandingan itu adalah pertandingan hidup-mati. Tim yang sedang
tertinggal 1-0 harus memenanginya seperti seorang tenggelam yang butuh udara segar.
Tiba-tiba, seorang penyerang menendang bola sekuat tenaga. Bola melayang di atas
mistar dan mendarat di sungai. Bek kanan tim yang kalah langsung mengejarnya.
Tanpa pikir panjang, ia menceburkan badannya ke air. Jam terus berdetak
dan waktu tak boleh terbuang percuma. Dua menit kemudian dia kembali. Kakinya basah
dan gemetar, pucat seperti pucuk liana. Tubuhnya menggigil hebat dan mulutnya kaku menganga. Hanya jarinya gemetar menunjuk-nunjuk badan air. Semua orang
menghambur ke arah sungai. Ia ada di sana: ular Anakonda betina, bergelung
tenang mirip tali raksasa. Yang lebih buruk dari semuanya adalah ia mendekap
bola itu erat-erat.
Dalam rangka
menyiapkan tim kesebelasan yang akan bertanding di turnamen Tarkam Besar,
Audemir Cruz memberi uang kepada Erica dos Santos untuk memulas kuku, mencabut bulu-bulu
kaki, dan pangkas rambut. Audemir adalah presiden klub Vila Nova dan Erica
adalah ratu kecantikan klub. Audemir, seperti yang diwajibkan aturan Tarkam, juga
membeli bikini dan sepasang baju olahraga. Persiapan hampir tuntas. Segera Erica
usai berdandan, Audemir mengantarnya ke stadion dengan Ford Maron keluaran 1975.
Di usianya yang ke tiga puluh lima, Audemir menyetir pelan-pelan karena belum
lama belajar berkendara dan tidak punya sim. Mereka melintasi pemukiman kumuh
yang berderet sepanjang sungai, susah payah naik tanjakan di sebuah blok dan sampailah
di pusat kota. Hawa udara pengap, serasa berada di dalam jaket wol tebal di
musim panas. Matahari bersinar terik. Kulit kayak mengelupas. Di stadion, Audemir
menyerahkan kostum tim kepada Erica. Kaus putih dengan garis-garis hijau
memanjang. Audemir mengucapkan semoga berhasil. Erica tersenyum gugup, menjawab
terima kasih dan lenyap di belakang panggung.
Penduduk
Brasil di negara bagian Amazonia memiliki turnamen antar kampung (tarkam) yang
dengan sempurna menggambarkan luas, keunikan, dan keanehan negara bagian yang
berada di belantara hujan tropis terbesar di dunia. Tarkam Besar, nama tarkam itu, berlangsung di Manaus,
kota metropolis ribuan kilometer di hulu Sungai Amazon dan jantung salah satu
wilayah paling liar yang tersisa di planet ini. Ketika aku berkunjung di tahun
2000, 522 tim ikut berpartisipasi. Jumlah yang sangat besar mengingat kesemuanya
berasal dari daerah setempat. Namun, keanehan paling mencolok dari Tarkam Besar
adalah dua kompetisi paralel: turnamen sepakbola dan kontes kecantikan. Tim-tim
yang turut andil wajib mengikuti keduanya. Ketika pria-pria berpeluh di atas lapangan,
gadis-gadisnya berkeringat di atas panggung.
Audemir
menemani Erica di upacara pembukaan di mana semua peserta kontes ratu kecantikan
berparade. Ketika aku tiba, penonton sedang membanjiri stadion. Aku harus menerobos
kerumunan laki-laki yang mengenakan kaos tim kesayangannya dan tukang asongan
menjajakan bir di dalam kotak polifom. Beberapa orang menabuh drum dan
memainkan tamborin. Yang lain mengibarkan bendera dan spanduk. Suasana
benar-benar seperti massa yang menunggu kampanye pilkada.
Di atas
pentas, kontes ratu kecantikan segera dimulai. Sebuah pemandangan yang
menakjubkan. Lebih dari lima ratus perempuan mengenakan cawat dan kaos
sepakbola. Mereka berdandan dengan seronok. Bokong, pinggul dan paha mulus
berkilat-kilat oleh olesan minyak almond. Rata-rata tinggi mereka tak lebih
dari 165 cm. Sebagian besar memiliki wajah campuran hasil berabad-abad
kawin-mawin orang Eropa dan suku-suku Indian. Salah satu gadis menyedot
perhatian. Penampilannya mencolok. Rambut pirang tebal dan bibir merah menyala.
Yang membuat mata terbelalak adalah kaus putih-hitam dengan kata Arsenal yang
ia kenakan. Aku mendekatinya. Dia mengenalkan diri sebagai Nona Alberta. “Apakah
itu nama asli,” iseng-iseng aku bertanya. Dia menyeringai: “Tentu saja. Emang
kenapa?”. Si Nona memberitahu Arsenal adalah salah satu tim terkuat. Salah satu
pengurusnya melihatnya di jalan. “Dia memintaku jadi ratu kecantikan tim.
Sangat menyenangkan ikut terlibat.”.
Suhu udara
tak kunjung turun meski hari mulai gelap. Gadis-gadis montok itu diperintahkan
berbaris lurus. Pembukaan segera dimulai. Barisan kaki-kaki jenjang itu mengular
sampai ke luar pentas sejauh 200 meter. Tiap ujung kaos yang mereka kenakan
diikat di atas pusar sehingga panggul dan pinggang berminyak itu jelas terlihat.
Kertas kecil ditulisi nomor urut kompetisi ditempel di bagian belakang cawat.
Kamila Jennifer,
ratu tahun lalu, berdiri di depan barisan. Dia mengenakan pakaian renang,
selempang, dan tiara berkilaian, semuanya dibungkus jaket biru tebal yang
berkilauan—pastilah pakaian itu sangat tidak nyaman. Kamila berdiri di atas kereta
kuda. Dia diarak ke panggung dan berjalan ke tengah podium. Tiba-tiba podium
merangkak naik. Satu, dua, tiga meter, dan sekejap ia sudah berdiri sepuluh
meter di atas panggung.
Tarkam Besar
adalah turnamen yang sangat serius. Pembukaannya megah seperti Olimpiade.
Sebelum ratu-ratu itu berlenggak-lenggok, seorang biduan opera dari Orkestra
Pillharmonik Kotamadya menyanyikan lagu kebangsaan. Tembakan militer ke udara
mengiringi. Penari akrobat menyemarakkan pesta. Lalu langit meledak oleh
kembang api berwarna-warni.
Seperti anak
sekolah yang ikut paskibraka, gadis-gadis itu berjalan tertib ke panggung.
Mereka melenggang seperti harimau lapar, dengan lengan yang terayun pelan dan
rambut terkibas ke belakang saat memulai langkah pertama. Penonton bersorak
riuh, membakar kembang api dan mengibarkan balon warna-warni. Namun, tak ada
waktu buat gadis-gadis itu untuk bersantai dan mengambil gaya karena antrian padat
sekali. Mereka berjalan ke panggung, membalik badan, dan lenyap di balik tirai.
Ini rangkaian gerak yang menghangatkan hormon dewasa. Parade itu seperti tak
berujung. Apakah kalian pernah melihat 522 gadis berlenggak-lenggok seperti 522
gerbong kereta lambat? Sebenarnya, mereka hanya 521. Armandao Maringa Junior,
pemilik sebuah tim Kristen Evangelis, menolak memberi ijin bagi ratu tim untuk
mengenakan bikini. Larangan itu berdasar ajaran agama.
Setelah
semua mendapat giliran, para peserta diminta kembali ke panggung untuk menari
dan menyanyi. Musik diputar dengan keras ketika gadis-gadis ratu berjubel di
panggung. Selanjutnya, band samba mengambil alih pertunjukan dan upacara pun
pembukaan berubah menjadi konser besar. Turnamen resmi dibuka, meski tak ada
bola yang ditendang.
Pertandingan itu dimainkan dekat jalan. Seorang mengendarai
VW Kodok dan kehilangan kontrol. Mobil melintir deras, oleng ke kanan, dan
menarabas pagar menuju ujung lapangan. Pada saat yang sama, sayap kanan salah
satu tim berlari kencang ke arah gawang. Dengan kepala menunduk memperhatikan
bola, dia tidak melihat mobil yang sedang meluncur deras dan tak terelakkan:
keduanya bertabrakan. Braaaaaak! Suara tumbukan keras menggema di udara.
Kawan-kawan setimnya tergopoh-gopoh memeriksa apakah ia mengalami kecelakaan
fatal. Mereka terkejut bukan kepalang karena tak sekalipun ia mendapat lecet. Sementara,
kap mobil kodok itu penyok. Pengemudi sial itu menuntut si pemain untuk
membayar ongkos bengkel! “Ini untuk pertama kalinya kepala manusia menang
beradu dengan kepala mobil” seloroh salah satu penonton.
Setelah
upacara pembukaan, pertandingan pertama masih harus menunggu tujuh hari. Jeda
ini memberiku kesempatan bertemu Arnaldo Santos, koordinator Tarkam. Sehari-hari,
dia bekerja sebagai komentator sepakbola. Suaranya empuk dan manis. Mengenakan
baju sutra, dia duduk tenang di kursi kerjanya, sebuah kantor di GOR Olympik
Manaus. “Tarkam Besar bukan sekadar kejuaraan,” dia memulai. “Ini sebuah
perayaan.” Suaranya terdengar seperti iklan radio dan aku yakin kalimat ini
diucapkannya ribuan kali.
Ia terus mencerocos,
meningkatkan akselerasi kata-kata yang keluar dari mulut tanpa berhenti
mengambil napas. Apalagi setelah suaranya mulai menghangat. “Di hari pertama semuanya
kacau balau. Aku tak akan melupakan hari itu. Tak pernah ada hari seburuk itu
dalam hidupku. Pagi-pagi buta jam 5, seorang pemain terbunuh di halte bus. Jam
9, seorang penonton tewas terkena serangan jantung. Di salah satu pertandingan,
kedua kiper mengalami retak tulang—yang satu di selangkangan yang lainnya lagi
di rusuk. Empat pemain lain mengalami patah kaki. Masya Allah, aku membatin, kenapa
hal itu terjadi dalam satu hari?”
Arnaldo,
seperti yang kuduga, menjawab sendiri pertanyaan itu. Semua terjadi karena
banyaknya tim dan pemain yang tampil. Dia berusaha meyakinkanku bahwa Tarkam
Besar adalah turnamen sepakbola terbesar di dunia. Pengakuan ini, dia sadar,
hanya bisa dilakukan oleh sertifikat Guinnes
Book of Records. Karena itu dia merinci dan mencatat semua statistik. Di
atas meja kerjanya, teronggok laporan tahunan tebal yang dibundel rapi. Laporan
itu merekam semua kejadian dari 1,330 pertandingan tahun lalu. Angka-angka di
dalam laporan itu mengesankan. Lebih 13,000 pemain turun gelanggang. Di minggu
pertama, 254 pertandingan dimainkan di 40 lapangan. Semua orang bisa masuk dan ikut
berpartisipasi sehingga Tarkam Besar adalah peristiwa sosial penuh warna dan
tak terduga.
Judul
turnamen ini sendiri sangat menarik sekaligus kontradiktif. Pelada—nama aslinya—adalah sebuah tipe sepakbola
tarkam yang tak terorganisir rapi dan mengandalkan improvisasi. Kejuaraan tipe
ini memberi kesempatan kepada semua orang Brasil bermain bola di manapun ada
ruang kosong—pantai, pertigaan jalan, halaman gereja, ladang-ladang bera, bekas
reruntuhan pabrik. Pelada bisa
memakai apa saja sebagai bola. Pemain umumnya bertelanjang kaki, dan apa yang
kita sebut lapangan bentuknya bisa berubah-ubah. Brasil meromantisasi budaya pelada sebagai alasan mengapa mereka
punya ketrampilan dan keahlian mengolah sikulit bundar yang khas. Peladao—Tarkam Besar—adalah upaya untuk
memformalkan budaya pelada yang pada dasarnya informal.
“Gagasan
utamanya adalah mempertahankan semangat permainan,” sambung Arnaldo. Hanya satu
lapangan yang memiliki rumput yang bagus. Sedikit di antaranya memiliki garis.
“Aturannya tidak terlalu ketat. Misalnya, tidak ada offside. Lemparan ke dalam
bisa menggunakan tangan atau kaki. Dan tendangan pinalti berjarak 15 langkah.”
Arnaldo
sendiri, sekarang berusia 62 tahun, tidak tampak seperti orang yang santai atau
suka melucu atau suka melanggar aturan. Tahi lalat besar di atas bibir
memancarkan keseriusan. Dia telah memimpin Tarkam ini sejak 1998—kejuaraan ini pertama
kali diselenggarakan awal 1970an. Dia membawa buku setebal 32 halaman yang
berisi 204 jenis peraturan. Aku membaca halaman-halaman awal dengan cepat. Di
halaman pertama, artikel pembuka bisa dibaca sebagai manifesto partai komunis. “Kejuaraan
besar bertujuan untuk menyatukan rakyat melalui olahraga, mendorong dan
mengedepankan keberanian dan mengenalkan keindahan pemuda-pemudi Amazonia.” Ketika
mendapat kesempatan membacanya lebih seksama kemudian, aku menemukan paragraf
yang berisi panduan menghadapi badai tropis, hukuman bagi tim yang membawa
pulang bola panitia, dan diskualifikasi bagi ratu kecantikan yang menggunakan kontak
lensa berwarna atau mengenakan celana G-string.
Orang-orang
tertentu dilarang ikut. Pesepakbola profesional dan mereka yang melanggar
aturan di buku kode pertandingan dilarang masuk lapangan. Kekerasan adalah
salah satu masalah umum. Wasit-wasit terbiasa dikejar-kejar penonton yang marah
hingga harus naik ke atas pohon, diacungi parang, dan diserang anjing-anjing
galak. Sebelum turnamen, panitia merilis 93 nama yang harus diam di rumah.
Agar
kejuaraan berlangsung lancar, Arnaldo membangun sebuah struktur kepanitiaan
yang rapi. Semua peserta wajib menyerahkan dua lembar foto dan kopi kartu
identitas yang berlaku. Lima staf bekerja penuh waktu mengelola data dan
mengatur jadwal pertandingan. Sebelas pengacara duduk di komite disiplin untuk
menampung protes dan keluhan. Komite ini harus bekerja dengan ligat dan cepat.
Biasanya, babak sistem gugur mengalami penundaan karena panitia harus memproses
protes dari tim-tim yang merasa dicurangi di babak penyisihan grup.
Kejuaraan
ini berformat turnamen Piala Dunia, dimulai dari tahap penyisihan grup dan dilanjutkan
dengan sistim gugur. Tim yang juara mendapat hadiah 100 juta. Ratu kecantikan
mendapat mobil baru.
Kami
mengalihkan perbincangan ke kontes ratu kecantikan. Semua kontestan diuji di
depan kamera. Mereka harus datang ke studio TV lokal. Dengan menirukan gerak
kamera, Arnaldo menjelaskan: “Mulai dari wajah dan bergerak turun ke dada
hingga ke ujung kaki. Peserta membalikkan badan dan kamera naik lagi dari kaki
hingga ke punggung. Lalu kamera menyorot muka dari jarak dekat. Kami bisa
melakukannya untuk ratusan gadis dalam satu jam.” Setiap kontestan juga diambil
potretnya dan diukur secara terperinci tinggi dan berat badan, rambut dan warna
mata. Arnaldo lalu membawa seluruh rekaman video dan data itu ke rumah dan
memilih 120 terbaik yang berhak maju ke babak selanjutnya.
“Kami
memiliki standar. Gadis-gadis itu harus cantik dan punya pinggul yang bagus. Jika
hanya menilainya dari kaki, kami tidak mungkin bisa menentukan pilihan. Semua gadis-gadis
dari daerah sini punya kaki jenjang dan bokong yang semok. Pinggang ke atas
agak sedikit berbeda dan dari sana kita bisa menilai.”
Dua puluh
lima aturan pokok kontes ratu kecantikan tidak menghalangi siapapun ikut
mendaftar. Tahun ini, usia peserta mulai dari 12 hingga 28 tahun. Empat puluh
di antaranya sudah beranak, lima puluh berlaga untuk kali kedua, dan dua puluh
tiga lainnya model profesional. Salah satu peserta adalah seorang penari
telanjang. Beberapa orang terkagum-kagum oleh shownya di sebuah lokalisasi
sehingga memutuskan untuk menjadikannya sebagai ratu tim. Nampaknya dia
merupakan kandidat yang paling otentik.
Arti lain
dari pelada dalam bahasa Portugis
adalah ‘telanjang bulat’.
Kompetisi
sepakbola dan kontes ratu kecantikan berjalan seiring. Fase pertama turnamen menempatkan
setiap klub ke dalam grup yang berisi tiga atau empat tim. Dua tim teratas tiap
grup maju ke tahap berikutnya. Kontes kecantikan dibagi menjadi beberapa tahap.
Pertama, tiap peserta dimasukkan ke dalam grup yang berisi lima belas peserta.
Proses seleksi disiarkan di televisi lokal. Kedua kompetisi ini berlangsung
sendiri-sendiri, namun mereka tidak terpisah. Yang paling istimewa dari Tarkam
ini—dan ini adalah sebuah aturan yang penting: ratu kecantikan membuat tim yang
sudah tersingkir dapat berkompetisi lagi.
“Beginilah
aturannya,” kata Arnaldo menjelaskan. “Keenambelas ratu kecantikan yang maju ke
babak perdelapan final membuat tim yang diwakilinya masuk turnamen paralel.
Pemenang turnamen paralel ini mendapat jatah satu tempat di babak perempat
final. Sangat penting untuk punya gadis semlohai dan menarik perhatian. Aku
kasih tahu ya, di tahun 1998 Arsenal tersingkir di babak awal. Mereka hidup
lagi karena ratu kecantikannya memenangkan kontes. Mereka akhirnya juara.”
*****
Manaus,
sepanjang akhir abad sembilan belas hingga awal abad dua puluh, berubah dari
desa penghasil getah karet menjadi salah satu kota paling makmur di dunia.
Bangunan yang menyimbolkan kejayaan era itu adalah gedung opera neo-klasik yang
dibuat dari besi-besi Skotlandia, marmer Italia dan keramik Prancis. Beberapa
langkah dari gedung opera ada kantor dua lantai yang menjadi kantor pusat
Tarkam. Pagi-pagi aku mengunjunginya. Di atas meja, koran-koran lokal masih bau
percetakan memuat nama-nama gadis yang lolos ke putaran kedua.
Aku melihat
perayaan pertama: seorang pria berteriak dan memaki-maki salah satu panitia.
Pria itu pemain Arsenal. Nona Roberta, ratu timnya, tidak ada dalam daftar.
‘Ini penghinaan. Gadis-gadis yang terpilih susunya hanya sebesar kentang—punya
kami montok. Kami belum pernah tersingkir di babak pertama.’
Aku bertanya
di mana Arnaldo dan lantas diarahkan ke ruang dalam. Dia jauh dari kesan
eksekutif kalem dan bersih yang aku temui sebelumnya. Wajahnya lesu dan
keletihan. Kantung matanya menebal dan menghitam. Hampir semua kancing bajunya terlepas.
Dia sedang duduk dikelilingi gambar ratusan gadis dengan pakaian renang.
Dia sedang memeriksa
gambar itu satu persatu, memberi penilaian akhir. Dia begadang sepanjang malam
memelototi semua video. “Aku tak tahan lagi. Hanya bisa memilih 105. Aku sudah
melihat berulang kali dan tak bisa mencari beda di antara mereka lagi.” Aku
bertanya apa yang terjadi dengan Nona Roberta? Itu sebuah kesalahan. Dia masuk
kualifikasi namun faks yang dikirim ke koran macet.
Dia mulai
tak sabar dengan keluhan. Tekanan membuatnya mudah tersinggung. “Mereka tidak
tahu kerja-kerja yang diperlukan untuk ini. Ini bukan main-main. Kami sangat
rapi. Bahkan liga sepakbola profesional di negeri ini tidak sebagus kami.” Hampir
dengan berteriak, Arnaldo mengatakan bahwa ia baru saja mendiskualifikasi
sebuah tim karena baru saja tahu mereka tidak mengirim ratu kecantikan di
upacara pembukaan dan alasan yang mereka pakai tidak bisa diterima.
“Keputusanku
sudah bulat. Tahun lalu, aku mengeliminasi seorang kontestan karena dia
mencopot kutang ketika juru foto menggodanya. Tiap peserta kontes kecantikan
harus punya badan yang bagus.”
“Ini agak
memalukan—dia, nona Roberta, adalah gadis yang menarik.”
Dia membalas
dengan nada emosi dan sedikit membela diri dengan menyebut arti penting Tarkam.
“Turnamen
ini katup penyelamat. Ini mengalihkan problem-problem sosial.” Dahinya
berdenyut-denyut.
“Apa yang
menyelamatkan negeri ini adalah fakta bahwa kami masih punya sepakbola.
Sepakbola mengeluarkan beban orang-orang yang malang, orang-orang yang tidak
tahu bagaimana mereka bisa mendapat makanan esok hari. Gol-gol dan kemenangan
menyegarkan kembali jiwa-jiwa yang menderita.”
Ketika si pemain muncul, pertandingan sudah dimulai. Dia
menandatangani formulir dan langsung berlari menuju tengah lapangan. Setelah
mendapat bola pertama, dia menggiring melewati separuh pemain lawan dan mencetak
gol. Lalu dia terbirit-birit masuk hutan. Orang-orang pun bertanya-tanya.
Beberapa menit kemudian polisi datang dan menjelaskan mengapa.
* Diterjemahkan tanpa izin dari Naked Futebol Bab XI dari "Futebol The Brazilian Way of Life" (Bloomsbury 2014).
Thanks Jelly Gamat QnC Cara Menghilangkan Bekas Herpes Cara Mengobati Penyakit Abses
ReplyDeleteAgen Togel Online Terbaik & Terlengkap!
ReplyDeleteTersedia Pasaran Hongkong - Sydney - Singapore
Potongan Diskon 2D = 30% | 3D = 59% | 4D = 66%
Dapatkan Keuntungan Dalam Menebak Angka Hingga Ratusan Juta Setiap Hari..
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www. bolavita .fun
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
BBM: BOLAVITA
WA: +628122222995