Oleh Mahfud
Ikhwan
Ayo, ayo, ayo
Jokowi...
Persis Solo
ndang diragati.
Ayo, ayo, ayo
Jokowi...
Persis Solo
ndang diragati.
Pasoepati, 2010.
1/
Sepakbola
Indonesia akhirnya mati (suri?). FIFA, penguasa sepakbola, entah dengan cara
bagaimana, mengucilkan Indonesia dari organisasi paling besar dan paling
perkasa di dunia itu.
Secara pribadi,
saya senang dengan pelarangan itu. Senang? Ya, karena itu persis seperti yang
saya perkirakan. Masa-masa begini, mendapati perkiraan jadi kenyataan itu
menyenangkan lho. Yakin. Kalau tak percaya, tanyakan pada yang setahun lalu
nyoblos. Lagi pula,
pelarangan itu--jika berlangsung lebih lama--mungkin akan bisa memutus rantai
makanan para predator di siklus makan-dan-dimakan di sepakbola Indonesia. Dan,
menurut saya, itu baik.
Lantas apakah itu
membuat saya menyambut dengan antusias “Revolusi Mental Sepakbola Indonesia”
ala Menteri Pemuda dan Olahraga? Jangankan menterinya, kepada presidennya saja
saya tak percaya.
2/
Sekitar lima
tahun lalu, dalam sebuah pertandingan final Divisi Utama di Stadion Manahan
Solo, yang mempertemukan dua klub yang bukan klub Solo, kelompok suporter
Pasoepati di sepanjang pertandingan menyanyikan ejekannya kepada walikotanya
yang mereka anggap menelantarkan Persis Solo (lihat--dan nyanyikan dalam nada iklan rokok Long Beach--lagu yang saya kutip di bagian awal). Persis bukan saja klub lokal yang paling identik dengan kota Solo, tapi juga salah satu klub penting dalam sejarah sepakbola Indonesia.
Saya cenderung tidak menyukai campur-tangan birokrat ke klub sepakbola atau kegiatan olahraga lainnya. Tapi, setelah era gemebyar PON semakin memudar bersamaan dengan rubuhnya Orde Baru, mencampuri urusan sepakbola lokal adalah nyaris satu-satunya cara dan ukuran “bentuk kepedulian” seorang pejabat daerah kepada olahraga, khususnya sepakbola. Begitulah Bonek mengenang Cak Narto, LA Mania memuliakan Masfuk, Jakmania memuja Bang Yos, Suporter Sriwijaya FC memandang Alex Nordin, dan beberapa nama lain lain. Kita bisa saja mencaci mereka sebagai petualang-petualang yang memolitisasi sepakbola, tapi kita tak bisa meragukan hubungan mereka dengan sepakbola, dengan hidup-mati dan kegairahan klub-klub lokal di wilayah yang mereka pimpin, dengan euforia kelompok suporter yang dalam 10 tahun belakangan semakin ramai. Jokowi, Walikota Solo waktu itu, tidak ada di jajaran itu. Kita tak punya alat untuk melacak jejaknya di sepakbola.
Saya cenderung tidak menyukai campur-tangan birokrat ke klub sepakbola atau kegiatan olahraga lainnya. Tapi, setelah era gemebyar PON semakin memudar bersamaan dengan rubuhnya Orde Baru, mencampuri urusan sepakbola lokal adalah nyaris satu-satunya cara dan ukuran “bentuk kepedulian” seorang pejabat daerah kepada olahraga, khususnya sepakbola. Begitulah Bonek mengenang Cak Narto, LA Mania memuliakan Masfuk, Jakmania memuja Bang Yos, Suporter Sriwijaya FC memandang Alex Nordin, dan beberapa nama lain lain. Kita bisa saja mencaci mereka sebagai petualang-petualang yang memolitisasi sepakbola, tapi kita tak bisa meragukan hubungan mereka dengan sepakbola, dengan hidup-mati dan kegairahan klub-klub lokal di wilayah yang mereka pimpin, dengan euforia kelompok suporter yang dalam 10 tahun belakangan semakin ramai. Jokowi, Walikota Solo waktu itu, tidak ada di jajaran itu. Kita tak punya alat untuk melacak jejaknya di sepakbola.
Ketika ia
kampanye Pilpres di Papua dan berkata hendak menjadikan Papua sebagai pusat sepakbola
Indonesia, saya tahu bahwa orang itu nyerocos tentang hal yang sama sekali tak
dipahaminya. Itu seperti seorang tukang kayu yang tengah menggampangkan
pekerjaan petani—ia berpikir meterannya bisa dia pakai untuk mengukur cuaca dan
ketamnya bisa membersihkan padi dari wereng.
Dan Imam Nahrowi;
untuk sebuah rumah besar yang roboh bernama sepakbola Indonesia, apakah ia
cukup layak dianggap sebagai sepotong paku? Sebelum jadi menteri, adakah yang
bisa menunjukkan kepada saya sepotong-dua potong berita yang bisa membuat kita setidaknya menghubungkan
orang ini dengan sepakbola? Atau dengan olahraga lainnya--misalnya saja panco atau sepatu roda? Ya, bisa saja orang berpikir
bahwa orang tidak tahu tapi tulus jauh lebih baik dibanding orang tahu tapi
korup. Tentu saja. Cara berpikir itulah yang membuat seseorang jadi presiden beberapa
bulan lalu.
Lalu lihatlah Tim
Transisi. Melihat foto mereka dan menemukan orang seperti Zuhairi Misrawi ada
di antaranya adalah seperti mendapati kambing di minimarket—oke, kalau itu
dianggap ofensif, saya ganti: seperti melihat Cinta Laura ikut ngasak padi. Terlalu
aneh untuk tak menimbulkan pertanyaan. Terlalu banyak hal yang harus dijelaskan.
Silakan Anda berharap. Tapi, kalau saya, terimakasih saja.
3/
Ada sebagian
pihak yang menyayangkan skorsing FIFA dengan berargumen bahwa hal itu akan mengancam
periuk nasi dan nasib pemain sepakbola yang tak bersalah. Saya bisa memahami
argumen itu, tapi saya tak sepenuhnya setuju.
Secara
profesional atau amatiran, skorsing FIFA sebenarnya tak berhubungan secara
langsung dengan nasib pemain. FIFA hanya melarang Indonesia ikut kegiatan
sepakbola yang diselenggarakan mereka, bukan melarang kita berhenti menggelar
kompetisi apalagi bermain bola. Jadi, dengan atau tanpa izin FIFA, kompetisi sepakbola
di Indonesia tetap bisa berjalan. Dengan penduduk di atas 250 juta dan kompetisi
yang melibatkan bentangan wilayah yang setara dengan wilayah yang membentang
antara kandang UD Las Palmas di Kepulauan Kanari, Spanyol, hingga FC Terek Grozny
di Checnya, tanpa jadi gedibal Blatter pun sepakbola Indonesia tetap akan jadi
bisnis yang bagus dan pasar yang luas—tentu jika digarap dengan baik. Dan itu
artinya tak ada alasan untuk para buruh persepakbolaan tak ada pekerjaan.
Yang saya sepenuhnya
tak setuju adalah anggapan bahwa pemain sepakbola sebagai pihak yang tidak berdosa
atas apa yang saat ini terjadi di persepakbolaan Indonesia. Ya, mungkin mereka
tak seberdosa Nurdin Halid atau Noegraha Besoes, tapi sama sekali tidak fair
kalau mereka cuci tangan dan sepenuhnya memosisikan diri sebagai korban. Mereka
adalah pelaku—dan tersangka!—saat dua tim dengan sejarah besar dan suporter
hebat seperti PSIS dan PSS menjadikan semifinal Divisi Utama sebagai lelucon.
Mereka bersalah ketika tak pernah benar-benar belajar soal aturan permainan dan
lebih suka menyerang lawan atau menggebrak wasit untuk menuntut keadilan. Mereka
bersalah jika dikontrak dengan klausul tidak jelas dan cuma diam. Mereka bersalah
jika menyebut diri profesional tapi tak punya NPWP, tak membayar pajak, dan hanya melulu memikirkan bagaimana memberangkatkan orangtua naik haji. Mereka jahat jika mendapati
suap dan tutup mulut atau malah menerimanya. Jika akan terlalu keras menyebut
para pemain itu sebagai bagian dari persoalan, sebagai onderdil dari sebuah
mesin yang korup, setidaknya mereka tidak melakukan banyak hal yang seharusnya
dilakukan pemain profesional.
Dalam sebuah sepakbola
yang terindustrialisasi, pemain seharusnya mengorganisir diri untuk menaikkan
posisi tawarnya di hadapan industri. Dan, dari banyak kasus soal kesejahteraan
pemain, soal kontrak, juga dari penuturan beberapa pemain, salah satunya yang
baru-baru ini dari Kurniawan Dwi Yulianto, hal itu masih jauh dari terealisasi,
apalagi berfungsi.
4/
“Lalu apa
solusinya?” Itu mungkin pertanyaan satu-dua pembaca yang akan ditujukan kepada
tulisan ini dan penulisnya.
Saya tidak punya
solusi, dan tulisan ini tidak bertujuan untuk memberi solusi. Dan siapakah saya
sehingga memberi solusi bagi sepakbola Indonesia? (Kalau saya bisa memberi solusi
bagi sepakbola Indonesia, Jokowi dan Prabowo harus siap-siap menghadapi saya di
Pilpres 2019.) Dan, siapakah yang terlalu serius dan sok bijak dengan bertanya
soal solusi?
Dalam hal
sepakbola sebagai permainan, kesukaan saya dengan sepakbola tak ada hubungannya
dengan beku dan cairnya PSSI, apalagi dengan perintah atau larangan FIFA. Saya
akan memainkannya selama masih ada teman yang mengajak saya main bola dan tubuh
saya masih sanggup, tak ada satu institusi pun yang bisa merampas sepakbola
dari saya. Dari kita.
Sebagai industri
dan tontonan, saya adalah konsumen sepakbola. Dan bawaan lahir konsumen adalah
menuntut pelayanan sebaik-baiknya dan tidak bisa sebaliknya. Apa masuk akal seorang pembeli baju diminta
ikut memikirkan perkembangan industri garmen?
Tapi,
omong-omong, cobalah mulai serius memikirkan alternatif lain. Benthik, misalnya.
İstanbul
ReplyDeleteSivas
Kırıkkale
Zonguldak
Iğdır
2DMOJ
Afyon
ReplyDeleteAntalya
Erzurum
Mersin
izmir
UW3İAQ
izmir
ReplyDeleteErzurum
Diyarbakır
Tekirdağ
Ankara
CC4PN
https://titandijital.com.tr/
ReplyDeleteçorum parça eşya taşıma
niğde parça eşya taşıma
kastamonu parça eşya taşıma
istanbul parça eşya taşıma
32Y
ankara parça eşya taşıma
ReplyDeletetakipçi satın al
antalya rent a car
antalya rent a car
ankara parça eşya taşıma
PSGY
denizli evden eve nakliyat
ReplyDeletekars evden eve nakliyat
çorum evden eve nakliyat
kars evden eve nakliyat
malatya evden eve nakliyat
TP7G
amasya evden eve nakliyat
ReplyDeleteeskişehir evden eve nakliyat
ardahan evden eve nakliyat
manisa evden eve nakliyat
karaman evden eve nakliyat
K41Q
B0746
ReplyDeleteOsmaniye Lojistik
Antalya Şehirler Arası Nakliyat
Isparta Şehir İçi Nakliyat
Kilis Şehirler Arası Nakliyat
Osmaniye Şehir İçi Nakliyat
Bolu Şehir İçi Nakliyat
Niğde Evden Eve Nakliyat
Bursa Şehirler Arası Nakliyat
Bilecik Evden Eve Nakliyat
46E0B
ReplyDeleteEryaman Alkollü Mekanlar
order oxandrolone anavar
Yozgat Evden Eve Nakliyat
Bitcoin Nasıl Alınır
Artvin Evden Eve Nakliyat
turinabol for sale
sustanon
buy oxandrolone anavar
order winstrol stanozolol
E5E5A
ReplyDeleteBatman Şehirler Arası Nakliyat
Bayburt Şehirler Arası Nakliyat
Rize Evden Eve Nakliyat
Zonguldak Lojistik
Adana Şehirler Arası Nakliyat
Balıkesir Lojistik
Bitci Güvenilir mi
Kırşehir Lojistik
Van Şehirler Arası Nakliyat
836D6
ReplyDeleteAksaray Parça Eşya Taşıma
Kars Evden Eve Nakliyat
Kastamonu Evden Eve Nakliyat
Yozgat Şehir İçi Nakliyat
Edirne Lojistik
Afyon Şehir İçi Nakliyat
Batman Şehirler Arası Nakliyat
Coin Nedir
Ordu Evden Eve Nakliyat
6A239
ReplyDeleteMalatya Evden Eve Nakliyat
Elazığ Evden Eve Nakliyat
Binance Güvenilir mi
Bitcoin Nasıl Alınır
trenbolone enanthate for sale
Diyarbakır Evden Eve Nakliyat
Çerkezköy Fayans Ustası
Referans Kimliği Nedir
Maraş Evden Eve Nakliyat
84948
ReplyDeletebinance
05D05
ReplyDeletekastamonu rastgele görüntülü sohbet
sivas telefonda kızlarla sohbet
aksaray mobil sohbet odaları
bedava sohbet uygulamaları
aydın sesli sohbet sitesi
sohbet siteleri
ücretsiz sohbet siteleri
van kadınlarla görüntülü sohbet
kütahya kadınlarla sohbet
3D4A5
ReplyDeleteOkex Borsası Güvenilir mi
Kripto Para Nasıl Oynanır
Jns Coin Hangi Borsada
Kripto Para Nasıl Çıkarılır
Raca Coin Hangi Borsada
Tiktok Takipçi Satın Al
Discord Sunucu Üyesi Satın Al
Twitter Retweet Hilesi
Binance Nasıl Oynanır
CCF58
ReplyDeletePülmür
Çemişgezek
Hozat
Mazgirt
Bayramören
Üsküdar
İnhisar
Çelebi
Kofçaz
F90C2
ReplyDeletepoocoin
dappradar
quickswap
pinksale
avalaunch
thorchain
phantom wallet
debank
dexscreener