Oleh Mahfud Ikhwan
Seandainya saja
fans United, ini adalah hari-hari di mana hati tengah berbunga-bunga.
Begitu musim
berakhir, United telah mendapat tanda tangan Kagawa. Bocah Jepang yang
dibesarkan Ragnick di Signal Iduna Park selama dua musim itu, datang ke
Manchester tak hanya dengan sensasi kalau ia berpacar seorang AVN Idol, tapi
juga dengan serangkai penampilan pramusim yang sangat menjanjikan. Dan, di
tengah pekan ini, hati yang berbunga-bunga itu akan pecah berantakan oleh
euforia yang tak tertahankan. Van Persie, top skorer musim lalu, penyelamat
Arsenal di paroh terakhir musim dengan gol-gol sehingga menghindarkan Gudang
Peluru bernasib seperti Inter di Italia, telah bermusim-musim menebar ketakutan
di barisan belakang United yang menua. Dan kini, monster kidal yang semakin
terasah kaki kanannya itu, ada di kubu mereka.
Bingkisan lebaran
yang luar biasa, bukan?
Kagawa menegaskan
bahwa visi yang selama ini dipakai Fergie membesarkan United masih dipakai:
mendatangkan pemain muda. Datang dengan status yang jauh lebih mentereng jika
dibanding kebanyakan pemain-pemain belia yang didatangkan Fergie ke Old
Trafford belakangan ini (dengan dua gelar Bundesliga bersama Dortmund), Kagawa adalah
wujud bahwa sebuah tradisi bagus dan terbukti sukses dari sebuah klub hebat
masih terus dipertahankan. Sembari mengenang musim 1999 dengan bangga, seorang
pencinta United mungkin kini sudah mereka-reka di kepalanya tentang sebuah tim,
dengan de Gea, Smalling, John, Cleverly, Kagawa, Welbeck, dan Chicarito ada di
dalamnya, akan mengangkat treble saat usia mereka belum lagi 25.
Tapi datangnya
van Persie—melebihi semua itu—bukanlah sebuah bayangan, tak semata visi. Tanda
tangannya di depan dewan direksi United adalah sebuah gol di menit pertama;
sebuah gebrakan yang menandakan bahwa United akan kembali mendapatkan apa yang
selama ini menjadi haknya—gelar demi gelar. Siapa pun yang intens mengikuti United
dari masa ke masa, akan tahu apa arti dari bergantinya van Persie dari baju
merah berlengan putih ke baju merah kotak-kotak. Ia adalah sekepal batu yang
bisa menjatuhkan dua burung dalam sekali lempar.
Menilik betapa
musim lalu van Persie hampir sendirian membawa Arsenal tetap bertahan di
habitatnya di empat besar, memindahkannya dari Emirates ke Old Trafford sama
halnya mencuri separoh peluru dari meriam putus asa yang telah sewindu lebih
tanpa piala itu. Jika saya fans United, saya akan berani berpikir bahwa
mengambil van Persie dari para Gooner sama halnya memreteli dua tangan Michael
Pelps sebelum menceburkannya ke kolam renang; ia mungkin tetap akan bisa
mengapung di air (karena ia Michael Pelps), tapi ia musti butuh waktu untuk
bisa berenang tanpa lengan. Mereka boleh punya Podolski, Girroud, dan terakhir
Carzola, tapi normalnya, mereka tentu butuh waktu.
Yang mungkin
lebih menggembirakan, kedatangan van Persie ke kompleks latihan Carrington
pastinya juga jadi kemenangan pramusim yang mengesankan atas musuh lama tapi
baru—si kaos abu-abu. Ya, ini memang bukan pertandingan yang seharusnya—bagaimana
mungkin United absen dari Community Shield setelah lima musim berturut-turut?
Ini juga tanpa piala. Tapi, percayalah, gengsi dan arti besarnya luar biasa.
Menjadikan van Persie pasangan Rooney di Theatre of Dream dan bukannya jadi
cadangan Balotelli di Carravan of Oil bisa berarti: 1) mengalahkan mereka dalam
berebut pemain yang diinginkan—hal yang dalam tiga musim terakhir sulit sekali
dilakukan oleh klub manapun saat berhadapan dengan City; 2) menunjukkan pada
dunia bahwa, tak seperti yang dalam beberapa musim terakhir ini banyak
dibicarakan, Fergie bisa kembali berbelanja dengan duit besar (United tetap
klub kaya, tau!); 3) seorang pemain hebat
yang ingin memperoleh gelar telah menunjukkan kalau ia lebih memilih tradisi
dibanding sensasi; 4) MU telah lebih dari siap untuk meraih gelar, sebagaimana
biasa.
Sementara melihat
tetangga sebelah kebingungan mau menjual pemain-pemain tak bergunanya namun
menghabiskan alokasi gaji, menunggu Arsenal bertransisi, mengamati Chelsea yang
mantap dalam belanja untuk keperluan di lapangan tapi sangat ragu di sektor bangku
cadangan, Spurs yang tengah coba-coba, dan Liverpool yang sepertinya memilih
proyek jangka panjang, jika saya fans United, saya akan sangat yakin
menyongsong liga musim ini.
***
Tapi saya bukan
fans United. Dan, tentu saja, saya punya pandangan lain. Juga perasaan lain.
Begitu mendengar
mereka berhasil mendaratkan van Persie, para
pembenci United pastilah blingsatan seketika. Betapa mengerikannya membayangkan
van Persie satu baju dengan Wayne Rooney—dua nama yang selalu mengisi daftar
pencetak gol-gol hebat di EPL dalam beberapa musim terakhir ini. Para pendukung
tim lain pastinya akan berharap-harap cemas dengan nasib penjaga gawang mereka.
Jika pada musim 2011 United bahkan bisa juara dengan mengandalkan Chicarito,
seorang striker yang ‘kebetulan’ tajam, bagaimana jika mereka memiliki dua
orang striker kejam?
Tapi, para
pembenci United, coba duduk sebentar, lalu tenangkan pikiran. Dan, dalam
beberapa saat, kalian akan menemukan bahwa kalian tak perlu secemas itu. Van
Persie datang ke United dengan transfer 24 juta Pound, usia 29, dan riwayat cedera
yang panjang dalam CV-nya. Jadi, percayalah, itu bukan hanya belanja yang tak
terlalu brilian dari Sir Alex, tapi bahkan berisiko.
Saya agak sulit
mengerti bagaimana staf medis MU begitu saja mengabaikan rentannya otot kaki
van Persie. Mungkin 32 golnya musim lalu menghapus jejak kurang baik itu,
termasuk menghapus jejaknya yang samar di tim Arsenal pada tujuh musim
sebelumnya yang tanpa gelar dan tanpa peran yang semenonjol Fabregas atau
bahkan si bengal Nasri. Tapi, bisa jadi, dalam 24 juta Pound itu, MU memang tak
hanya membeli kaki kiri van Persie, tapi juga menghidup-hidupi bayangan mereka sendiri
tentang betapa akan lemahnya salah satu musuh mereka, Arsenal—setelah mereka
gagal berebut Eden Hazard dengan Chelsea musim ini dan dipermalukan City saat
mereka membajak Tevez tiga musim lalu.
Tapi yang lebih membingungkan
adalah kenapa mereka membeli striker, sementara yang mereka butuhkan adalah pemain
tengah. Dengan melambatnya Berba, munculnya Chicarito dan prospektifnya Welbeck,
dan tetap kokohnya Rooney, tak pernah membuat MU jadi tim mandul—apalagi jika
Young terus saja mengasah keterampilannya dalam hal menjatuhkan diri. Dalam hemat
saya (seperti yang pernah saya utarakan dalam tulisan tentang United
sebelumnya), United membutuhkan seorang playmaker lebih dari apapun. Jadi,
cukup mengherankan jika mereka membawa buku cek itu ke London dan bukannya ke
Milan, sebab seharusnya mereka tidak membutuhkan van Persie melainkan rekan
setimnya di timnas Belanda, Sneijder. (Jika pun mereka ke London, bidikan
seharusnya diarahkan ke White Hart Lane, di mana seorang pemain tengah elegan
yang sudah tak kerasan, namanya Luka Modric, sedang menunggu pinangan.)
Dengan mata
telanjang dapat dilihat, apa yang membuat mereka diempaskan City pada musim
lalu adalah level pemain-pemain tengah mereka yang rendah. Fletcher pemain
bagus, tapi tim seperti MU tentu saja membutuhkan lebih dari sekadar pemain
bagus. Anderson akan tampak sebagai pemain hebat jika ia bermain di tim yang
nyaman dengan peringkat 12 atau 10 di tabel liga.
Tapi, meski bukan
fans United, dengan bergabungnya Kagawa dan van Persie, saya berharap MU tetap akan
mampu bersaing. Paling tidak dengan Arsenal.
8 Bulan berlalu dan saya sebagai fans United sangat senang dengan kehadiran Van Persie :)
ReplyDeletePROMO TURNOVER S1288POKER SETIAP JUMAT
ReplyDelete(Berlaku Tanggal 01 s/d 31 Agustus 2020)
*Turnover diatas 999.999 -> Bonus Chip Rp 5.000
*Turnover diatas 4.999.999 -> Bonus Chip Rp 20.000
*Turnover diatas 9.999.999 -> Bonus Chip Rp 40.000
*Turnover diatas 24.999.999 -> Bonus Chip Rp 100.000
*Turnover diatas 49.999.999 -> Bonus Chip Rp 200.000
*Turnover diatas 99.999.999 -> Bonus Chip Rp 400.000
*Turnover diatas 249.999.999 -> Bonus Chip Rp 1.000.000
*Turnover diatas 499.999.999 -> Bonus Chip Rp 2.000.000
*Turnover diatas 999.999.999 -> Bonus Chip x 0.4%
• Daftar >> Freechip Gratis