Friday, October 10, 2014

Roy Keane: Bahan-bahan Alex Ferguson yang Menjejali Pers adalah Kebohongan, Samasekali Bohong*

Wawancara Daniel Taylor (Dublin, 9 Okt. 2014); Alihbahasa Mahfud Ikhwan



Kamu bilang orang-orang bicara "seabrek kebohongan" tentangmu. Hal apa saja yang membuatmu sakit hati?

Aku tak akan terpancing untuk memberimu nama-nama. Aku tak akan masuk ke hal-hal renik. Namun, secara umum, itu bohong. Bekas teman setim; aku agak yakin kamu tahu siapa yang aku maksud.

Di bukumu kamu bilang bahwa Ferguson datang menengokmu setelah Manchester United mengalahkan Sunderland dan bilang kepadamu untuk menelponnya soal deal peminjaman bagi Jonny Evans -- dan itulah untuk pertamakalinya dia menunjukkan rasa welasasih. Itu memberi kesan bahwa hubungan (yang memburuk--penj.), dalam pikiranmu, bisa dipulihkan.

Jangan pikir dia memberi kami Jonny begitu saja. Di situ melibatkan fee peminjaman yang lumayan besar. Pada saat itu, OK, aku merasa: 'Oh, baik, mungkin...' tapi boleh jadi aku salah. Boleh jadi ini soal bisnis semata.


Tapi ada hal-hal lain yang terjadi toh?

Tentusaja. Banyak hal yang terjadi. Kamu harus membela dirimu. Banyak orang duduk-duduk di situ dan orang-orang takut padanya. Kalian (wartawan) tidak bisa melawannya karena kalian tak akan diperbolehkan mewawancarainya lagi. Tapi, alhamdulillah, aku tak punya masalah itu. Kenapa orang-orang membiarkannya lolos dengan hal itu? Orang cuma diam dan takut setengah mati padanya.

Menarik bahwa kamu adalah satu-satunya orang yang mencoba mengatasi masalah Karang Gibraltar itu.

Aku tak mencari tepuk tangan untuk soal itu. Aku tak akan menemuinya karena hal itu. Itu sebenarnya berkait buku terakhirku. Aku memberinya satu bab tentang itu dan itu muncul dalam obrolan. Aku tak akan masuk ke ruangannya dan bilang: 'Aku rasa ini salah'. Itu cuma obrolan yang kau punya dengan seorang manajer, wabil khusus kamu adalah seorang pemain senior. Itu bukannya aku masuk dan bilang: 'Dengar, kamu perlu melihat dirimu sendiri'. Itu adalah: 'Dengar, aku sudah bilang pada Anda untuk tak memenangi hal ini'. Itu bukanlah perkara aku mengkorek-korek urusan orang lain. Aku ada di kantornya dan jika orang-orang berpikir aku ke kantornya setiap pekan dan ngobrol-ngobrol ringan dengannya, mereka salah kaprah. Kurasa ada 5-6 dari 12 hal ikhwal dan ada tahun-tahun di mana aku punya satu kesempatan bermuka-muka dengannya.

Apa ada saat ketika kamu takut dengan Ferguson?

[Terlihat jijik] Takut dengannya?

Kamu bilang orang-orang takut sama dia.

Ya, ya, maksudku media.

Apa para manajer sepakbola takut?

Aku rasa banyak manajer boleh jadi terintimidasi olehnya, mungkin takzim dengannya. Aku rasa banyak manajer yang sangat terpengaruh olehnya, tentu saja. [Roberto] Martinez beranggapan dia telah disalahartikan beberapa tahun lalu ketika dia bilang bahwa Ferguson punya murid-murid, tapi sebenarnya memang begitu. Saat seorang manajer menarik balik pemain-pemain dalam status pinjaman--aku rasa itu Preston (North End--penj.)--ketika putranya [Daren] dipecat. Dan, segalanya serba mendadak, semua pemain (dari Stoke City, saat Tony Pulis jadi manajernya) juga dipanggil pulang dari peminjamannya.

Apa kamu tak mau menanggapi apa yang Ferguson katakan tentangmu di bukunya?

Aku tidak membaca bukunya.

Dia bilang lidahmu adalah bagian tubuhnya yang paling keras?

Apa menurutmu begitu?

Aku tidak pernah kamu tendang.

Tendanganku keras. Itu tonjokan enteng. Dia tak pernah kritis kalau kita memenangi piala-piala dan ia dapat kontrak baru, dapat ini-itu atas namanya -- raden ini, tumenggung anu. Dia tidak menarikku dan pemain-pemain lain, dan bilang: 'Dengar, santailah sedikit.' Itu adalah permainan dan aku menghargai permainan. Permainan selesai, kami pun selesai, namun itu ternyata masih dibawa-bawa setelahnya.

Apa kamu dapat undangan untuk peresmian patung Ferguson? Semua mantan pemain hebat United datang.

Aku rasa aku dapat, ya, namun aku tak merasa dia mengundangku. Boleh jadi itu komitenya, atau anaknya, atau apalah. Kenapa aku harus datang? Semua kuasa dan kontrol ada padanya.

Ruud van Nistelrooy datang.

Tapi aku bukan Ruud van Nistelrooy

Tapi perseteruannya dengan Fergie parah juga.

Tak separah aku.

Namun apa Ferguson mengundangmu bukan sebagai sebuah isyarat untuk damai?

Tidak, tidak, bukan...

Kuasa dan kontrol, kau bilang?

Ya..., maka dia masuk dan kita semua berdiri di sana [memberi tepuk tangan menjilat] dan dia akan bilang: 'Aku punya kalian saat aku inginkan kalian'

Apa butuh kerja keras untuk jadi Roy Keane? Apa kamu menyukai dirimu sendiri sekarang?

Sedikit berat, bukan begitu? Aku puas dan nyaman dengan diriku... Ya Tuhan!

Sudah lihat tanggapan Alf Inge Haaland?

Aku bermain melawan dirinya, aku tahu yang dia suka.

Jadi lawan macam apa yang disukainya?

[Jeda panjang] Yang lemah.

Secara mental?

Semuanya. [Jeda panjang] Pemain semenjana.

Kau menyebutnya 'licik' dalam bukumu.

Licik? Itu biar sopan. Terus apa dia bilang? Apa tanggapannya?

Ada di Twitter, soal jenggotmu.

Di Twitter? Aku akan bilang jangan diteruskan.

Apa kamu akan bisa memaafkan Ferguson?

Pertanyaan bagus. Aku tidak yakin. Dunia sepakbola itu cuma sedaun kelor dan ujungnya kamu akan berpapasan dengan orang-orang itu lagi. Masalahnya, aku duga, yang aku alami saat kita bekerja dengan seseorang untuk waktu lama--dan tentu saja kami berbeda pendapat dan aku pergi, dan aku tak punya persoalan dengan itu, it's fine. Masalahnya adalah setelahnya, saat orang-orang mulai nyerocos omong kosong.

Untuk Alex Ferguson, bukan cuma karena mengkritikku, namun juga karena mengkririk pemain lain yang jadi bagian dari tim yang memberi banyak kegembiraan bagi para suporter... untuknya yang mengkritik saat kamu berpikir tentang apa yang telah ia dapat dengan apa yang telah kami lakukan. Dia dapat uang banyak dari itu. Ia dipatungkan. Ia dapat stan yang mengabadikan namanya. Untuk kembali dan mengkritik.... Aku tak terlalu terganggu dengan hal itu, namun mengkritik orang yang memberinya kesuksesan sungguh konyol. Apa aku akan memaafkannya? Aku tak tahu. Hal-hal yang dikatakan soal aku selama bertahun-tahun, bahkan dari bekas teman setim, adalah segepok kebohongan, cuma bohong dan bohong. Dan suatu saat kamu cuma bisa bilang: 'Dengar, aku bangkit dan ngomong sesuatu tentangku dan sedikit membela diri.' Harapannya, buku ini akan mencerminkan hal itu. Banyak hal yang aku biarkan berlalu -- banyak hal yang aku biarkan berlalu--namun pada akhirnya kamu harus angkat bicara: 'Nggak, nggak, sudah cukup'. Anak-anak di Man United benar-benar fantastik. Mereka semua hebat, pemain-pemain hebat. Cuma karena kekurangsepahaman--sudah pasti termasuk persoalanku dengan Peter [Schmeichel] yang kembali ditegaskan di buku ini--hari-hari yang aku lalui bersama mereka di United bisa jadi adalah hari-hari terbaik dalam hidupku. Mereka benar-benar pemain-pemain fantastik dan kami memenangkan banyak piala. Jadi, untuk orang yang mencoba menodai hal itu dan mengorek luka, itu kenapa kamu harus bangkit melawan.

Pada 2005, saat Ferguson bilang bahwa itu waktunya untuk berhenti, kamu menyetujuinya. Bisa dijelaskan kenapa?

Itu sedikit sulit dijelaskan. Aku cuma tahu. Banyak omong kosong dan propaganda yang muncul dari United soal bocoran video [MUTV] itu. Mereka cukup senang membiarkan hal itu tersiar. Mereka baru saja tersingkir dari Liga Champions. Ada perselisihan soal video itu tapi itu cuma omong kosong. Tak seorang pun pemain yang mendengar isu itu kecuali Ferguson dan [Carlos] Queiroz dan bagaimanapun mereka sudah menyiapkan sesuatu tentangku di pikiran mereka.

Itu bukan masalah. Itu setelahnya. Saat orang-orang mendongeng tentangku, bilang ini dan itu. Begitulah hal itu ditangani, pernyataan-peryataan tentangku dan hal-hal semacam itu muncul. Aku agak yakin aku tahu sumber dari mana hal-hal itu berasal. Tentu saja Ferguson punya teman-teman di media. Beberapa dari mereka ada di sini hari ini. Aku bisa mengenali mereka dari kejauhan. Dia berteman dengan mereka dan dia menabur remah-remah tentangku di luar sana. Itu bohong, bohong sebohong-bohongnya. Maka aku keluar dan bilang, 'dengar...' dan ini adalah saatnya. Aku memilih saat yang tepat dan aku telah menunggu cukup lama. Jadi, sampai di sinilah kita.

Kamu kelihatannya cuek saat Jose Mourinho mencoba menjabat tanganku di beberapa minggu lalu?

Ya, sebab pertandingan masih berjalan.

Kenapa dia melakukan itu? Apa dia mau sok kuasa juga?

Aku tak memikirkan soal itu, tapi pertandingan masih berjalan. Itu memalukan. Aku melihatnya melakukan hal itu kepada manajer lain; itu aib. Permainan masih berlangsung. Kamu tak bisa melakukan hal itu di Minggu pagi, kamu bisa dihajar.

Tak punya rasa hormat ya? Arogan?

Kau pikir apa? Itu pertanyaan bodoh.





Apa sepakbola masih punya budaya "apa yang ada di ruang ganti tetaplah tinggal di ruang ganti"?

Boleh jadi tidak. Itu bagian dari industri saat ini, bahwa apa yang terjadi di ruang ganti akan selalu dibocorkan. Ambil contoh, aku melihat ke beberapa tim saat ini, mereka dapat hasil bagus dan para pemain di ruang ganti punya Twitter dan hal (di ruang ganti) ini terbawa-bawa. Dan mereka kalah pada pertandingan sebelum 10 kali. Aku rasa oke oke saja jika kamu memenangkan gelar dan kamu berhak untuk merayakannya. Namun permainan telah berubah.

Kamu ketahuan soal kebiasaanmu minum di awal karirmu. Lebih banyak yang kau minum karena kau senang minum atau cuma karena amarah dalam dirimu?

Aku rasa banyak anak muda -- boleh jadi pemuda atau pemain bola Irlandia -- yang terjangkit hal ini. Saat aku main di Liga Irlandia, minum adalah bagian dari pertunjukan. Saat aku masih di Cobh [Ramblers, klub di Liga Irlandia -- penj.], langsung setelah pertandingan aku akan ngeloyor cari satu-dua sloki. Jadi aku tak pernah merasa hal itu salah. Namun saat kau sedikit lebih tua, kena cedera, ngobrol sama para pemain asing, kamu pikir boleh jadi tak baik pergi keluyuran. Aku rasa itu hebat dan aku tak akan mengubah hal itu. Namun jika aku pemain 19 tahun dan seseorang bilang padaku setelah pertandingan 'kamu sebaiknya pulang dan makan karbohidrat yang cukup untuk minggu depan', aku akan bilang: 'Persetan, silakan kalau mau di kurungan, aku mau keluyuran."

Kau memberi dukungan pada David Moyes. Kau bilang dia dapat ruang ganti yang lemah?

Ya, begitulah dia.

Apa dia dapat warisan skuad cemen?

Jelas ada kemelut saat ia mengambil alih. Kamu bisa jadi tetap mengambil alih tim yang bagus tapi yang tidak kamu butuhkan, dan Man United selalu bagus dalam hal tim. Ada ketakpastian yang jelas pada diri [Nemanja] Vidic, Rio [Ferdinand], [Patrice] Evra, Giggsy [Ryan Giggs] yang menjelang akhir karirinya. Jadi, semua hal itu tak membantu. Apa yang kau butuhkan dalam sepakbola, terpenting dari apapun, adalah beberapa kemenangan, beberapa momentum, dan mereka sepertinya tak pernah mendapatkannya. Aku pergi ke Old Trafford dan di sana ada banyak hal negatif yang menyelimuti.

Mereka tak mendapat momentum dan itu seolah-olah David Moyes telah tertipu sejak pekan-pekan awal. Hal-hal negatif itu masuk ke ruang ganti dan itulah kenapa aku merasa itu adalah ruang ganti yang lemah. Mereka harus mengatasi hal itu dan para pemain harus melakukan hal yang lebih baik. Apa pun yang sedang berlangsung -- politik, pergantian manajer, kurangnya pemain baru -- mereka harus melakukannya lebih baik dan mereka membiarkan diri mereka remuk, tanpa ragu.

Terakhir Roy, jika 'Dancing Queen'-nya Abba adalah lagu yang salah untuk ruang ganti, apa menurutmu lagu yang benar?

Cukup aneh, karena musik sebenarnya tak penting buatku untuk mendapat motivasi. Jadi aku rasa aku tak punya lagu yang bisa aku sorongkan kepadamu yang bisa membuatku bersemangat. Tapi aku rasa itu bukan Abba.

Sebentar, lagu kesukaan pertamamu Karma Chameleon, kan?  

[Menuding marah] Aku baru 12 tahun, cuk!



*Diindonesiakan dari "The staff Alex Ferguson fed the press was lies, basic lies" (The Guardian, 9 Oktober 2014). 

No comments:

Post a Comment